Sabtu, 12 November 2011

oksigenasi

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
            Perawat dalam menjalankan perannya berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Salah satu kebutuhan dasar tersebut adalah oksigeni.
            Seringkali perawat menganggap oksigenasi hanyalah rutinitas dan baru menganggap serius hal tersebut bila sudah terjadi kegawatan. Pemahaman perawat tentang terapi oksigen dalam suatu paket intervensi asuhan keperawatan sangat berpengaruh terhadap keefektifan dan ketepatan tindakan yang meliputi indikasi, metode pemberian dan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi selama dalam pemberian oksigen.
           Oksigenasi merupakan salah satu intervensi kolaboratif  yang dilakukan oleh perawat sebagai bagian dari tim kesehatan dalam upaya menyelesaikan masalah pasien terutama yang berkaitan dengan gangguan sistem pernafasan.

                            

BAB II
PEMBAHASAN
1.     Konsep teori
1.      Definisi
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melanarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
2.      Anatomi
a.       Saluran Nafas Atas
·         Hidung
o   Terdiri atas bagian eksternal dan internal
o   Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
o   Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
o   Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
o   Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
o   Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
o   Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
o   Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia

·         Faring
o   Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring
o   Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)
o   Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
·         Laring
o   Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea
o   Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
-   Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
-   Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
-   Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam’s apple)
-   Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)
-   Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
-   Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)
o   Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
o   Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu
·         Trakea
o   Disebut juga batang tenggorok
o   Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
b.      Saluran Nafas Bawah
·         Bronkus
o   Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
o   Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
o   Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
o   Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
·         Bronkiolus
o   Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
o   Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
·         Bronkiolus Terminalis
o   Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
·         Bronkiolus respiratori
o   Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
o   Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
·         Duktus alveolar dan Sakus alveolar
o   Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
o   Dan kemudian menjadi alveoli
·         Alveoli
o   Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
o   Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
o    Terdiri atas 3 tipe :
-   Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
-   Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
-   Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
c.       Paru
·         Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
·         Terletak dalam rongga dada atau toraks
·         Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar
·         Setiap paru mempunyai apeks dan basis
·         Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
·         Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
·         Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya
d.      Pleura
·         Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
·         Terbagi mejadi 2 :
o   Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
o   Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
·         Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
·         Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru

3.      Fisiologi
Sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energi dari reaksi kimia yang melibatkan oksigen dan pembuangan karbondiaoksida. Pertukaran gas pernapasan terjadi antara udara dilingkungan dan darah. Terdapat 3 langkah dalam proses oksigenasi, yakni: ventilasi, perfusi, dan difusi. Supaya pertukaran gas dapat terjadi, organ, syaraf, dan oto pernapasan harus utuh dan sistem saraf pusat mampu mengatur siklus pernapasan.
a.       Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas kedalam dan keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan kooerdinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik yang keluar dari medula spinalis pada vertebra servikal ke IV.
·         Kerja pernapasan
Pernapasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru berkontraksi. Kerja pernapasan ditentukan oleh tingkat kompliensi paru, tahanan jalan napas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
Kompliensi merupakan kemampuan paru distensi atau mengembang sebagai respon terhadap peningkatan tekanan intraalveolar. Kompliensi menurun pada penyakit, seperti edema pulmonal, interstisial, fibrosis pleura, dan kelainan struktur traumatik, atau kongenital seperti kifosis atau fraktur iga. Surfaktan merupakan zat kimia yang diproduksi di paru oleh sel tipe 2 alveolar yang mempertahankan tegangan permukaan alveoli dan mencegahnya dari kolaps.
Tahanan jalan napas merupakan perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli terkait dengan kecepatan aliran gas yang diinspirasi. Tahanan jalan napas dapat mengalami peningkatan akibat obstruksi jalan napas. Penyakit dijalan napas kecil seperti asma dan edema trakeal. Jika tahanan meningkat, jumlah udara yang melalui jalan napas anatomis menurun. Ekspirasi merupakan proses pasif normal yang bergantung kepada properti recoil elastis dan membutuhkan sedikit kerja otot atau tidak sama sekali. Rekoil elastis dihasilkan oleh serabut elastis dijaringan paru dan oleh tegangan permukaan dalam cairan yang melapisi alveoli. Klien yang mengalmi penyakit pulmonar obstruksi kronik lanjut akan kehilangan rekoil elastis paru dan thoraks. Akibatnya, kerja napas klien meningkat.
Otot bantu pernapasan dapat meningkatkan volume paru selama inspirasi. Klien yang mengalami penyakit pulmonar obstruksi kronik, khususnya emfisema, seringkali menggunakan otot ini untuk meningkatkan volume paru.
Kompliensi yang meningkat, tahanan jalan napas yang meningkat, ekspirasi yang aktif, atau penggunaan otot bantu napas meningkatkan kerja pernapasan, menyebabkan penggunaan energi meningkat. Untuk memenuhi penggunaan energi ini, tubuh meningkatkan kecepatan metabolismenya dan kebutuhan akan oksigen, sama seperti eliminasi karbondioksida. Rangkaian ini merupakan sisklus sebab akibat pada klien yang mengalami kerusakan ventilasi. Pada keadaan lebih lanjut akan menyebabkan penurunan status pernapasan dan kemampuan oksigenasi yang adekuat.
·         Volume paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonar. Spirometri mengukur volume udara yang memasuki atau yang meninggalkan paru-paru. Variasi volume paru dapat dihubungkan dengan status kesehatan, seperti kehamilan, latihan fisik, obesita, atau kondisi paru yang obstruktif dan restruktif. Jumlah surfaktan, tingkat kompliensi dan kekuatan otot pernapasan mempengaruhi tekanan dan volume didalam paru.
·         Tekanan
Gas bergerak kedalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan. Tekanan intrapleura bersifat negatif atau kurang daripada tekananan atmosfer, yakni 760 mmHg pada permukaan laut. Supaya udara mengalir kedalam paru-paru, maka tekanan intrapleura harus lebih negatif, dengan gradien tekanan antara atmosfer dan alveoli.
b.      Perfusi
Fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah ke dan dari membran kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Seirkulasi pulmonal merupakan suatu resevoar untuk darah sehingga paru dapat meningkatkan volume darahnya tanpa peningkatan dalam arteri atau vena pulmonal yang besar. Sirkulasi pulmonar juga berfungsi sebagai suatu filter yang menyaring trombus kecil sebelum trombus tersebut mencapai organ-organ vital.
·         Sirkulasi pulmonar
Sirkulasi pulmonar dimulai pada arteri pulmonar yang menerima darah vena yang membawa campuran oksigen dari ventrikel kanan. Aliran darah yang melalui sistem ini bergantung pada kemampuan pompa ventrikel kanan, yang mengeluarkan darah sekitar 4-6 liter per menit. Darah mengalir dari arteri pulmonar melalui arteriol pulmolar kekapiler pulmonar tempat darah kontak dengan membran kapiler-alveolar dan berlangsung pertukaran gas pernapasan. Darah yang kaya oksigen kemudian bersirkulasi melalui venula pulmonar dan vena pulmonal kembali ke atrium kiri.       

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            
c.       Pertukaran gas pernapasan
Gas pernapasan mengalami pertukaran dialveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru-paru kedarah dan karbondioksida ditransfer dari darah kealveoli untuk dikeluarkan sebagai produk sampah. Pada tingkat jaringan, oksigen ditransfer dari darah kejaringan, dan karbondioksida ditransfer dari jaringan kedarah untuk kembali kealveoli dan dikeluarkan. Transfer ini bergantung pada proses difusi.
·         Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentra yang leih tinggi ke derah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan terjadi dimembran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran.
·         Transportasi oksigen
Sistem transpotasi oksigen terdiri dari sistem paru dan sistem kardiovaskuler. Proses penghantaran ini bergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran darah keparu-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi, dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengarui oleh jumlah oksigen yang larut dalm plasma, jumlah hemoglobin, dan kecendurangan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen.
Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%. Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbondioksida. Molekul hemoglobin bercampur dengan oksigen untuk membentuk oksihemoglobin. Pembentukan oksihemoglobin dengan mudah berbalik (reversibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah membuat oksigen menjadi bebas. Sehingga oksigen bisa masuh kedalam jaringan.


·         Transportasi karbon dioksida
Karbon dioksidan berdifusi kedalam sel-sel darah merah dan dengan cepat dihidrasi menjadi asam karbonat, akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion hidrogen dan ion bikornat. Ion hidrogen dibuffer oleh hemoglobin dan bikarbonat berdifusi kedalm plasma. Selain itu bebrapa karbondioksidan yang ada didalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino, membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat terjadi dengan cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang dapat bersenyawa dengan karbondioksida dengan lebih mudah dari pada oksihemoglobin. Dengan demikian, darah vena mentransportasi sebagian besar karbondioksida.

B.     Kanula nasal
1.      Tujuan
·         Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
·         Untuk menurunkan kerja paru-paru
·         Untuk menurunkan kerja jantung
2.      Indikasi
Indikasi utama pemberian oksigen adalah :
a.       Klien dengan kadar oksigen arteri rendah dari hasil analisa gas dara
b.      Klien dengan peningkatan kerja napas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksimia melalui peningkatan laju dan kedalaman pernapasan serta adanya kerja otot-otot bantu pernapasan
c.       Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan oksigen melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
Berdasarkan indikasi utama tersebut maka terapi pemberian oksigen diindikasikan kepada klien dengan gejala:
a.       Klien dengan keadaan tidak sadar
b.      Sianosis
c.       Hipovolemia
d.      Perdarahan
e.       Anemia berat
f.        Keracunan gas karbondioksida
g.       Asidosis
h.      Selama dan sesudah pembedahan

3.      Persiapan peralatan
·         Kanula nasal
·         Selang oksigen
·         Alat pelembab (humidifier)
·         Air steril hasil penyaringan
·         Sumber oksigen dengan alat pengukur aliran (flow meter)
·         Tanda “dilarang merokok”

4.      Prosedur
·         Inspeksi tanda dan gejala pada klien yang berhubungan dengan hipoksia dan adanya sekresi pada jalan napas
·         Jelaskan pada klien dan keluarga hal-hal yang diperlukan dalam prosedur dan tujua terapi oksigen.
·         Kumpulkan suplay dan peralatan yang dibutuhkan
·         Cuci tangan
·         Pasang nasal kanula keselang oksigen dan hubungkan kesumber oksigen yang dilembabkan dan diatur sesui dengan kecepatan aliran yang diprogramkan
·         Letakkan ujung kanula kedalam lubang hidung dan atur lubang kanula yang elastis sampai kanula benar-benar pas menempati hidung dan nyaman bagi klien
·         Pertahankan selang oksigen cukup kendor dan sambungkan kepakaian klien
·         Periksa kanula setiap 8 jam dan pertahankan tabung pelembab terisi setiap waktu
·         Observasi hidung dan permukaan seperior kedua telinga klien untuk melihat adanya kerusakan kulit
·         Periksa kecepatan aliran oksigen dan program dokter setiap 8 jam
·         Cuci tangan

5.      Evaluasi
·         Observasi hidung dan permukaan seperior kedua telinga klien untuk melihat adanya kerusakan kulit
·         Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala berhubungan dengan hipoksia telah hilang

6.      Dokumentasi
·         Mencatat metode pemberian oksigen, kecepatan aliran, kepatenan nasal kanula, respon klien dan pengkajian pernapasan dicatatan perawat

C.      Batuk Efektif
1.      Tujuan
·         Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas
·         Untuk mengeluarkan sekresi dari jalan napas bagian atas dan jalan napas bagian bawah
·         Untuk meningkatkan bersihan jalan napas
2.      Indikasi
·         Klien yang mengalami penyakit pulmonal kronik, infesi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah
·         Klien yang memiliki sputum
3.      Kontraindikasi
·         Klien yang memiliki lesi tenggorokan
·         Klien dispnea dalam jangka waktu lama sehingga mengalami nyeri torax
·         Klien yang tidak mampu batuk efektif
4.      Prosedur
·         Jelaskan pada klien pentingnya melakukan batuk utnuk kesehatan
·         Jelaskan pada klien cara batuk efektif
o   Batuk cascade
Dengan batuk cascade klien mengambil napas dalam dengan lambat dan menahannya selama 2 detik sambil mengkontraksikan otot ekspirasi. Kemudian klien membuka mulut dan melakukan serangkaian batuk melalui ekshalasi, dengan demikian batuk pada volume paru yang menurun secara progresif.
o   Batuk Huff
Batuk huff menstimulasi refleks batuk alamiah dan umumnya efektif hanya untuk membersihkan jalan napas pusat. Saat mengeluarkan udara, klien membuka glotif dengan mengatakan kata “huff”, dengan melakukan batuk ini, klien menghirup lebih banyak udara dan bahkan mampu meningkat kebatuk cascade
o   Batuk quad
Tekhnik batuk quad digunakan untuk klien tanpa kontrol otot abdomen, seperti pada klien yang mengalami cedera medula spinalis. Saat klien mengeluarkan napas dengan upaya ekspirasi maksimal, klien atau perawat mendorong keluar dan keatas pada otot-otot abdomen melalui diafragma, sehingga menyebabkan batuk
D.     Fisioterapi Dada
1.      Tujuan
·         Untuk mempertahankan atau meningkatkan pengembangan paru
·         Untuk pengeluaran  sekret
2.      Indikasi
·         Direkomendasikan untuk klien yang memproduksi sputum lebih dari 30 cc perhari atau menunjukkan bukti atelektasi dengan sinar x dada
3.      Kontraindikasi
·         Perkusi dada
o   Klien yang mengalami gangguan perdarahan, osteoporosis, atau fraktur tulang iga.
·         Vibrasi
o   Tidak dilakukan pada bayi dan anak kecil
4.      Prosedur
·         Perkusi dada
o   Dilakukan dengan mengetuk dinding dada diatas daerah yang akan didrainasi
o   Tangan diposisikan sehingga jari-jari dan ibu jari saling menyentuh dan tangan membentuk mangkok
o   Perkisi pada permukaan dinding dada akan mengirimkan gelombang berbagai aplitudo dan frekuensi melalui dada sehingga menubah konsistensi dan lokasi sputum. Perkusi dada dilakukan dengan mengubah gerakan tangan melawan dinding dada.
·         Vibrasi
o   Tekanan halus yang menggoyang yang diberikan pada dinding dada hanya selama ekshalasi. Tekhnik ini diduga akan meningkatkan kecepatan dan turbulensi udara yang dikeluarkan, menfasilitasi pengeluaran sekresi.
o   Vibrasi meningkatkan pengeluaran udara yang terperangkap dan menggoyang mukus sehingga lepas dan menyebabkan batuk
·         Drainase postural
o   Penggunaan tekhnik pengaturan posisi yang membuang sekresi dari segmen tertentu diparu dan dibronkus ke dalam trakea. Batuk atau suksioning secara normal membuang sekresi dari trakea.


E.      Pengisapan
1.      Tujuan
·         Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas
·         Untuk mengeluarkan sekret yang tidak dapat dikeluarkan dengan batuk dari saluran pernapasan

2.      Indikasi
·         Apabila klien tidak mampu mengeluarkan sekresi dari saluran pernapasan dengan batuk

3.      Kontraindikasi
·         Pengisapan tidak boleh dilakukan dalam waktu yang berdekatan.

4.      Persiapan peralatan
·         Unit pengisap dinding atau unit pengisapan yang dapat dibawa dengan selang penghubung dengan konektor Y, jika dibutuhkan
·         Kateter steril
·         Kateter yankauer (orofaring)
·         Air steril , baskom steril
·         Sarung tangan steril, sarung tangan tidak steril
·         Kassa atau handuk
·         Masker/penutup mata

5.      Prosedur
·         Kaji adanya tanda dan gejala yang menindikasikan adanya sekresi jalan napas bagian atas; pernapasan cegukan, gelisah, vomitas dimulut, mengeluarkan air liur.
·         Jelaskan pada klien dan keluarga bagaimana prosedur akan membantu bersihan jalan napas dan meredakan masalah-masalah pernapasan. Jelaskan bahwa batuk, bersin, atau menelan adalah normal.
·         Persiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
·         Tutup pintu/tarik gorden
·         Berikan klien posisi yang benar:
o   Termpatkan klien sadar dengan refleks muntah fungsional untuk pengisapan oral pada posisi semi-fowler dengan kepala menoleh kesatu sisi. Tempatkan klien tersebut untuk untuk pengisapan nasal pada posisi semi fowler dengan leher hiperekstensi
o   Tempatkan klien yang tidak sadar pada posisi berbaring kearah perawat
·         Tempatkaan handuk diatas bantal atau dibawah dagu klien
·         Pilih tekanan pengisapan yang tepat untuk klien tipe unit pengisap. Untuk unit penghisap dinding, tekanan 110-150 mmHg untuk orang dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak, 50-95 mmmHg untuk bayi.
·         Cuci tangan
·         a. Kateter Yankauer:
o   Kenakan sarung tangan tidak steril
o   Hubungkan satu ujung selang penghubung dengan mesin penghisap dan ujung lain dengan kateter yankauer, isi mangkok dengan iar
o   Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik dengan cara menghisap air sejumlah air dari mangkuk
o   Pindahkan makser oksigen jika terpasang.
o   Masukkan kateter kedalam mulut sepanjang garis husi kefaring. Gerakkan kater mengelilingi lubang mulut sampai sekresi terangkat.
o   Dorong klien untuk batuk, angkat masker oksigen.
o   Bersihkan kateter dengan air didalam mangkuk atau baskkom samapi selang penghubung bersih dari sekresi.
o   Matikan penghisap.
o   Kaji kembali status pernapasaan klien
o   Angkat handuk, letakkan dikantong kotor untuk dicuci. Lepaskan sarung tangan dan buang diwadah
o   Reposisikan klien. Posisi sim mendorong drainase dan harus digunakan jika klien mengalami penurunan tingkat kesadaran
o   Buang air yang tersisa kedalam wadah yang tersedia
o   Tempatkan selang penghubung didaerah kering dan bersih
o   Cuci tangan
    b. Pengisap naso faring atau naso trakea
o   Nyalakan peralatan penghisap dan atur regulator vakum pada tekanan negatif yang sesuai.
o   Jika diindikasikan, tingkatkan oksigen tambahan samapi 100% atau sesuai program dokter
o   Sambngkan 1 ujung slang penghubung kemesin pengisap dan tempatkan uujung lain dilokasi yang  nyaman
o   Apabila menggunakan peralatan penghisap:
-   Buka bungkusan. Apabila terdapat kasa steril, letakkan kasa steril didada klien atau gunakan handuk
-   Buka bungkus kateter pengisap. Jangan biaskan kateter pengisap menyentuh permukaan selain dalam bungkusan
-   Buka bungkusan baskom steril dan tempatkan dimeja disamping temap tidur. Hati-hati supaya tidak mnyentuh bagian dalam baskom. Isi baskon dengan 100 ml air steril
o   Buka pelumas, tekanan dalam bungkusan kateter steril yang terbuka tersebut tanpa menyentuh bungkusannya
o   Kenakan masker dan pelindung mata
o   Kenakan sarung tangan steril pada kedua tangan atau gunakan sarung tangan tidak steril pada tangan tidak dominan dan sarung tangan steril pada tangan dominan.
o   Angkat kateter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril. Anakt selang penghubung dengan tangan yang tidak dominan, masukkan kateter kedalam selang
o   Periksa apakah peralan berfungsi dengan baik yakni dengan menghisap sejumlah air dari baskom
o   Lumasi 6-8 cm kateter distal dengan pelumas larrut air
o   Angkat peralatan pemberi oksigen jika terpasang dengan tangan tidak dominan. Tanpa melakukan pengisapan, dengan perlahan tapi cepat, insersikan kateter dengan ibu jari da jari telunjuk dominan kedalam hidung dengan gerakan sediking miring kearah bawah atau melalui mulut saat klien menghirup napas. Jangan memaksakan selang masung melalui hidung.
o   Lakukan pengisapan secara intermitten selama sampai 10 detik dengan meletakkan dan mengangkat ibu jari tidak dominan dari lubang ventilasi kateter dan dengan perlahan mengeluarkan kateter sambil memutarnya kedalam dan keluar diantara ibu jari dan jari telunjuk dominan. Dorong klien untuk batuk, tempatkan kembali peralatan oksigen jika memungkinkan
o   Bilas kateter dan selang penghubunga dengan air steril sampai bersih
·         Persiapkan peralatan untuk pengisapan selanjutnya

6.      Evaluasi
·         Observasi klien untuk memastikan tidak adanya sekresi dijalan napas, tidak gelisah dan tidak ada sekresi oral
·         Catat jumlah, konsistensi, warna, dan bau sekresi dan respon klien terhadap prosedur, dokumentasikan status pernapasan sebelum pengisapandan setelah pengisapan klien

7.      Dokumentasi
·         Catat jumlah, konsistensi, warna, dan bau sekresi dan respon klien terhadap prosedur, dokumentasikan status pernapasan sebelum pengisapandan setelah pengisapan klien

2.     Asuhan Keperawatan
a)    Pengkajian
1.      Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
2.      Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)

3.      Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang sama.
4.      Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji apakah klien menderita suatu penyakit sebelumnya.

5.      11 pola fungsional gordon
o   Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan pada klien tentang keadaan lingkungannya, apakah klien mempunyai kebiasaan merokok, bagaimana klien menanggapi sakitnya dan prosedur yang harus dijalaninya. Bagaimana tanggapan keluarga tentang penyakit atau teapi yang dilakukan klien.
o   Pola nutrisi/metabolisme
Tanyakan pola makan klien, apakah klien menghabiskan makanannya. Tanyakan berapa gelas klien minum dalam sehari. Tanyakan apakah ada gangguan makan dan minum oleh  penyakt atau terapi yang dilakukannya
o   Pola eliminasi
Kaji kebiasaan defekasi. Berapakali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan karekteristik BAB. Kaji kebiasaan BAK. Berapa kali BAK dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada kesulitan/nyeri ketika BAK.
o   Pola aktivitas
. Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada. Kaji apakah klien membutuhkan batuan dalam melakukan aktivitas. Apakah terapi yang dilakukan pada klien membuat aktivitas klien terganggu.
o   Pola istirahat tidur
Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif atau klien mengalami kesulitan dalam bernafas. Tanyakan apakah klien sering terbangun pada malam hari. Tanyakan apakah klien juga tidur siang. Tanyakan apakah terapi yang dijalani klien mengganggu tidur dan istirahat klien.
o   Pola kognitif-persepsi
Kaji pola pendengaran, penglihatan dan ingatan serta respon klien.

o   Pola persepsi diri-konsep diri
Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut,  suruh klien menggambarkannya.
o   Pola peran hubungan
Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien. Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik. Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan sosial. Tanyakan apakah penyakit atau terapi yang klien lakukan mengganggu peran dan hubungan klien. Tanyakan apakah klien malu terhadap penyakitnya.
o   Pola seksualitas/ reproduksi
Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif. Tanyakan pola menstruasi klien, apakah  mengalami gangguan.
o   Pola koping-toleransi stress
Apakah klien suka berbagi masalah pada orang lain misalnya pada orang terdekat. Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik. Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress.
o   Pola keyakinan-nilai
Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam hidup. tanyakan apakah klien meyakini sakitnya akan disembuhkan Tuhan. Tanyakan apakah ibadah klien terganggu oleh penyakit atau terapinya. Tanyakan apakah klien membutuhkan bantuan dalam melaksanakan ibadah
6.      Pemeriksaan fisik
o   Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
o   Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
o   Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
o   Thoraks
Inspeksi :
·         Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
·         Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa
o    Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien eupnea
o   Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.

b)    Diagnosa keperawatan
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
o   Bunyi napas yang abnormal
o   Batuk produktif atau non produktif
o   Cianosis
o   Dispnea
o   Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
o   Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
o   Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
o   Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
o   Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
o   Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
o   Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran
o   Immobilisasi
o   Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi

2.      Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
o   Dispnea
o   Peningkatan kecepatan pernapasan
o   Napas dangkal atau lambat
o   Retraksi dada
o   Pembesaran jari (clubbing finger)
o   Pernapasan melalui mulut
o   Penambahan diameter antero-posterior
o   Cianosis, flail chest, ortopnea
o   Vomitus
o   Ekspansi paru tidak simetris

3.      Penurunan kardiak output
·         Tanda-tandanya :
o   Kardiak aritmia
o   Tekanan darah bervariasi
o   Takikhardia atau bradikhardia
o   Cianosis atau pucat
o   Kelemahan, vatigue
o   Distensi vena jugularis
o   Output urine berkurang
o   Oedema
o   Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)

c)      Intervensi keperawatan
1.      Mempertahankan terbukanya jalan napas
a)     Pemasangan jalan napas buatan
b)     Latihan napas dalam dan batuk efektif
c)      Posisi yang baik
·         Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma
·         Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi, ambulasi dan latihan
d)     Pengisapan lendir (suctioning)
e)     Pemberian obat bronkhodilator
Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
2.      Mobilisasi sekresi paru
a)     Hidrasi
Cairan diberikan secara oral dengan cara menganjurkan pasien  2 – 2,5 liter perhari, tetapi dalam
±mengkonsumsi cairan yang banyak  batas kemampuan/cadangan jantung.
b)     Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
c)      Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.

3.      Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
a)     Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui pengontrolan pernapasan
b)     Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
c)      Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik, satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks, flail chest.
4.      Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
·         Nasal canule
·         Bronkhopharingeal khateter
·         Simple mask
·         Aerosol mask / trakheostomy collars
·         ETT (endo trakheal tube)

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melanarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Bberapa prosedur pemberian oksigenasi :
·         Kanula nasal
Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan, Untuk menurunkan kerja paru-paru, Untuk menurunkan kerja jantung.
·         Batuk Efektif
Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas, Untuk mengeluarkan sekresi dari jalan napas bagian atas dan jalan napas bagian bawah, Untuk meningkatkan bersihan jalan napas
·         Fisioterapi Dada
Untuk mempertahankan atau meningkatkan pengembangan paru, Untuk pengeluaran  sekret
·         Pengisapan
Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas, Untuk mengeluarkan sekret yang tidak dapat dikeluarkan dengan batuk dari saluran pernapasan

B.     Saran
Sebagai seorang mahasiswa keperawatan, materi tentang oksigenasi ini sangat penting untuk dipahami. Dengan mempelajari oksigenasi akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang jenis oksigenasi, kepada klien seperti apa yang akan kita berikan terapi oksigenasi. Pengetahuan perawat yang bagus akan mempercepat kesembuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Fatmadona, Rika. 2009. Bahan Kuliah Okigenasi. Padang : Universitas Andalas
Perry  & Potter. 1999. Konsep, Proses dan Praktik Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 4. Jakarta ; EGC.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar